Perjalan penuh tantangan begitu terasa, ketika para Baja, melangsungkan ekpedisi daratnya. Masing-masing peserta terbagai tiga kelompok dengan dipandu para panitia memulai perjalanya dengan dilepas langsung Kepala Desa Sukorejo.
Kemudian, dibeberapa titik lokasi setiap kelompok secara estapet menghampiri pos pembekalan materi.
Sebelum melaksanakan perjalanan, Wakapolres Mura, Kompol Willian Harbensyah, memimpin apel sebelum keberangkatan, mengatakan bahwa hari ini kita berkumpul dikaki Bukit Gatan, ada beberapa hal kegiatan eskpedisi dikhususkan kegiatan pembaretan bintara remaja.
"Tradisi sengaja dilaksanakan sehingga nantinya benar-benar dihargai susahnya mendapatkan baret," kata wakapolres.
"Jaga, keselamatan, dari informasi, tim melaporkan medan cukup berat, baik dipos 1 2 dan 3 hingga dipos 4. Maka harus hati-hati dan tetap kerjasama. Tim dokes berperan, misal menangani pertolongan pertama tabung oksigen, sekali lagi kegiatan paling utama keselamatan diri. Jika ada butuh pertolongan, terdekat tolong beri bantuan, jaga kekompakan rekan-rekan dari atas kebawah, begitupun sebaliknya, dari atas turun kebawah," pesan Kompol Willian.
Dalam sambutanya, AKBP Achmad Gusti Hartono, mengpresiasi semangat para bintara remaja. Yang mana, secara langsung terpantau kalau kesemuanya dalam kondisi sehat, dengan tanpa ada kendala berjalan kaki, menerima materi pembekalan, hingga dengan mendaki sampai ke puncak bukit Gatan ini.
“Semua ini merupakan tradisi, dimana kita pastikan peserta ekpedisi darat dan pembaretan di ikuti oleh 30 orang terdiri 29 orang bintara dan 1 orang Polwan. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan dimula berjalan kaki, mendaki mengikuti pembekalan. Ya, kepada adik-adik jadikan ini sebuah pengalaman,” kata AKBP Achmad Gusti.
Kapolres Mura menuturkan, upacara Tradisi Pembaretan 30 Bintara Remaja (Baja), Angkatan 46 Satuan Samapta Polres Mura Tahun 2022, kata kapolres.
"Oleh sebab itu baret ini adalah sebuah simbol dari kemampuan, khususnya Samapta dimana simbol ini merupakan dasar kepolisian," jelas suami Ny Irene Gusti Hartono.
Lebih lanjut, Kapolres menjelaskan, sebelum sampai dipuncak ini, personel telah melewati pos-pos, dimana disetiap pos para personel diberikan pertanyaan sekaligus pendoman sebagai anggota Polri.
Baret coklat, ini merupakan simbol menganalisa, memiliki daya juang dan baret coklat merupakan asal mula dan tempat kalian hidup (Pijak), dalam artian Bumi, bahwa Samapta harus jadi seorang diandalkan sekaligus dipupuk, ditanam dan bahkan menjadi tulang punggung Polres Mura.
Kembali, AKBP Gusti sapaanya memaparkan, sebagai seorang anggota Polri tentunya harus mempunyai kemampuan, seperti salah satu contoh personel dibidang Turjawali maka harus mengerti dalam tugasnya yakni, paham dalam unit pengaturan, penjagaan, pengawalan dan Patroli, kemudian, Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP), lalu Tindak Pidana Ringan (TIPIRING).
Serta, kemampuan SAR Polri dalam penyelamantan terbatas, dan yang belum perna melakukan SAR bisa melaksanakan hal tersebut, dan yang sudah melakukan SAR bisa meningkatkan kembali dalam penyelematan tim.
Jadi baret itu, bukan gagah-gagahan sebagi Polri, namun mempunyai simbol gagah dalam bermitra, empati, menjalankan tugas serta menjalankan kemampuan sebagai anggota Polri.
"Saya berpesan dan berharap, kepada personel sekaligus adik-adik saya, jadilah polisi yang bermitra dan dicintai masyakarakat, serta bisa membantu, melaksanakan semaksimal mungkin harapan masyarakat," harap perwira berpangkat melati dua yang dikenal peduli terhadap personelnya ini. (Hz*)
Komentar
Posting Komentar